Bagi Anda yang lahir pada dekade 1980 sampai 2000-an, tentu punya kenangan tersendiri saat menjalani bulan Ramadan
tiba. Terutama saat menjelang datangnya iftor alias ngabuburit, banyak anak-anak punya hiburan tersendiri yang mungkin tak pernah ditemui lagi saat ini.Saat itu, hampir di tiap halaman rumah, sekolah bahkan area bermain terbuka, dengan mudah kita menemukan sejumlah anak-anak tengah bermain ludo, bola bekel, congklak, monopoli, atau ular tangga.Namun permainan anak-anak
itu tinggal kenangan. Munculnya beragam gagdet termasuk smartphone telah mengubah kondisi semua itu. Persahabatan kini tak lagi dilakukan dengan bertatap muka atau berinteraksi langsung seperti dulu. Perkawanan saat ini sepertinya cukup sebatas di media sosial.
Termasuk dengan permainan yang dulu jadi media untuk kita saling berinteraksi dan bersosialisasi secara langsung, kini tergantikan begitu saja oleh gadget. Saat ini permainan cukup sekali instal di gadget yang kita punya.Pengamat sosial budaya, Heri Muhammad Tohari, mengatakan terjadinya pergeseran budaya dari permainan tradisional ke dalam permainan virtual yang dinikmati lewat media smartphoneatau sejenisnya, akibat semakin kuatnya pengaruh kemajuan teknologi."Adanya dominasi high technology pada akhirnya menggusur manusia modern dari awalnya menggunakan hak publik berubah ke hak private," ujar Heri, Rabu (31/5/2017).Kandidat Doktor sosiolog Universitas Padjajaran Bandung ini menambahkan semakin besarnya pengaruh teknologi ikut mengubah perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dulu di Sunda dalam permainan anak-anak ada istilah spintrong, sorodot gaplok, ular tangga, bola bekel yang dimainkan secara bersama-sama."Namun sekarang mana ada, sudah ada penggantinya media sosial," ujar dia.Untuk mempertahankan tradisi permainan anak-anak tersebut, pemerintah harus peka terhadap desakan kemajuan teknologi. Manusia tidak bisa melawan zaman, tapi manusia pun tidak bisa meninggalkan kearifan lokal begitu saja."Harus saling melengkapi, bukan sebaliknya, saling mengalahkan," ujar dia.
Permainan-permainan tradisional ini memang seperti tinggal kenangan. Anak di zaman sekarang rasa-rasanya mungkin tidak pernah melihat, apalagi mengetahui kalau dulu ada permainan-permainan semacam ini.
Waktu terus berjalan. Zaman berganti. Tapi kelima permainan tradisional anak-anak ini patut dikenang kembali oleh kita yang terlahir di era 1980 sampai 2000-an.
Berikut lima permainan tradisional yang pernah sangat digemari anak-anak di dekade 1980 sampai 2000-an sebagai permainan yang kerap dimainkan sambil menunggu waktu berbuka puasa.
1. Ludo
Permainan jadul yang satu ini memang sangat kreatif untuk mengasah kejelian anak. Permainan ini menggunakan papan dan di dalamnya terdapat gambar warna-warni seperti hijau, merah, kuning dan biru.
Permainan Ludo ini bisa dimainkan oleh maksimal empat anak. Permainan ini sangat cocok dimainkan bersama sambil nunggu iftor tiba.
2. Bola Bekel
Permainan tradisional bola bekel ini biasanya dilakukan secara berkelompok, khususnya dimainkan oleh anak-anak perempuan, namun tidak sedikit anak laki-laki pun memainkannya. Untuk menentukan urutan pemain biasanya dilakukan melalui hompilah, jika hanya dua orang cukup lakukan suit.
Anak yang belum mendapat giliran main harus menunggu temannya yang sedang main. Namun inti permainan ini menekankan kompetisi dan ketelitian agar bola tidak lekas jatuh ke lawan di kelompok anda.
Permainan ini menggunakan bola karet serta beberapa biji bekel. Di Jawa Barat biji bekel lebih populer dengan sebutan kuwuk yang jumlahnya sekitar 10-12 biji. Permainan bola bekel dilakukan secara bergilir antarpemain.
Sejatinya permainan ini berasal dari Jawa Timur. Namun di beberapa daerah pun sudah lama dimainkan, seperti di Jawa Barat permainan bola bekel dikenal dengan nama beklen yang berarti bekal. Memang ada beda penyebutan istilah permainan ini di tiap daerahnya. Namun beklen atau bekel sejatinya berasal dari bahasa Belanda, yaitu bikkelen.
3. Congklak
Congklak adalah permainan tradisional yang telah lama dimainkan di hampir wilayah Indonesia. Dalam prakteknya permainan, semua peserta game mendapat sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak.
Jika tidak ada cangkang kerang, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil.
4. Monopoli
Permain tradisional sedikit modern ini adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua petak di atas papan melalui pembelian, penyewaan, dan pertukaran properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan.
Untuk mendapatkan harta yang berupa nilai mata uang dalam bentuk mainan, setiap pemain bakal melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya, dan apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki oleh pemain lain, maka pemain tersebut dapat membeli petak itu sesuai harga yang tertera.
Namum bila petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar pemain itu uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan.
5. Ular Tangga
Permainan ini merupakan permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870.
Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga --setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular, dan tangga yang berbeda.
Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu.
Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain.
Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir.
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali lagi melempar dadu. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.